Latest Posts

CAHAYA KARTINI

By April 21, 2018



Penulis handal, dan tokoh penggerak literasi nusantara,  Kartini mampu memberikan nuansa perubahan dari cara berpikir para wanita  dalam menantap masa depan.

Terlahir sebagai wanita Jawa yang erat dengan batasan budaya, dimana tidak selalu memberi ruang gerak bagi para wanita tempo doloe.  Kartini merasa ada sesuatu yang salah dalam kehidupan dan menentang poligami, yang menurutnya sangat tidak memberikan kebebasan dan membentuk wanita slalu berada pada  bottom line

Semangat mudanya pada saat itu dan referensi bacaan yang sarat dengan pemikiran Eropa, mampu merubah cara pandangnya sehingga dia berkeinginan wanita Nusantara  harus slalu  diberi kebebasan untuk berekspresi,  berkarya,  dan bebas untuk menentukan pilihannya.

Diantara bacaanbuku - bukunya:

 “ judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli,  De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. K!!! karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). (sumber :wikipedia) “

Kegelisahan - kegelisahannya, selalu ia tuangkan dalam tulisan,  melakukan korespondensi dengan sahabat sahabatnya di Belanda,  nusantara dan sekitarnya.  Semangat menulis kartini inilah mampu memberi warna segar kartini sampai dengan generasi milenial saat ini.

Kartini tidak pernah berhenti untuk belajar dan  berpikir untuk bagaimana melakukan sebuah perubahan yang tidak hanya untuk perempuan tapi untuk Nusantara Tercinta.

Menarik,  Setelah menikah Kartini mulai merasakan budaya Indonesia adalah budaya yang Indah dan memiliki falsafah nilai begitu luar biasa, ia mulai memahami bahwa budaya adalah warna dari kekuatan sebuah peradaban.

Kartini menikmati budaya patriarki yang masuk dalam hidupnya, wanita perlu sosok pendamping hidup,  dan ukuran capaian dalam kesuksesan adalah membangun keseimbangan dalam berumahtangga. Suaminya sangat mendukung apa yg di cita- citakan Kartini.

Kartini wafat pada tahun 1904 pada usia  25 tahun, paska melahirkan anak pertamanya, usia  produktif dalam membangun sebuah pemikiran dan pergerakan. Tapi dengan sebuah ketulusan dan keikhlasan yang dilakukannya cahaya itu masih bersinar sampai dengan saat ini,  dalam 25 tahun masa hidupnya ia mampu memberikan karya dan pemikiran dalam merubah cara berpikir dan cara pandang khususnya kepada Wanita Indonesia untuk slalu berkarya tanpa merubah kaidah budaya Indonesia.

“Jangan biarkan cahaya itu padam,  rawat dan jagalah pelita Kartinimu”   SELAMAT HARI KARTINI (NDY, 21/04/2018).

You Might Also Like

0 comments