THE PHILOSOPHY OF INTELLIGENCE
Suatu Kehormatan Mendapatkan Harta Berharga Buku “THE PHILOSOPHY OF INTELLIGENCE” Langsung Dari Penulisnya JENDERAL TNI (PURN.) PROF. DR. ABDULLAH MAHMUD HENDROPRIYONO, S.T., S.H., M.H
"VELOX ET EXACTUS” berasal
dari Bahasa Yunani merupakan kata kunci yang saya dapati ketika membaca lembaran-lembaran
awal dalam membaca buku Philosophy of Intelligence karya Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. Abdullah Mahmud Hendropriyono, atau biasa sering disapa
akrab A.M Hendropriyono dalam Bahasa
Indonesia velox et exactus adalah “kecepatan dan ketepatan”.
Kecepatan dan ketepatan dalam
buku tersebut merupakan pondasi seorang agen inteligen untuk bertindak dalam mengemban
sebuah misi. ‘Velox at exactus’ sendiri dibahas secara khusus pada Bab keempat dibuku
Philosophy of Intelligence. Velox at exactus menurut saya adalah kata kunci penting dalam buku yang dicetak setebal 200 halaman, dimana selalu mewarnai pada setiap pembahasan bab per
bab buku tersebut, artinya ‘kecepatan dan ketepatan’ dianggap begitu penting bagi
seorang inteligen atau agen untuk bertindak dalam pengambilan keputusan.
Dalam buku tersebut menyebutkan bahwa logic dalam philosophy adalah konstruksi dasar dalam philosophy intelligence. “corgito
ergo sum” or I think therefore I exist” begitulah penggalan pepatah lama (Rene
Descartes -1596) dalam buku tersebut yang dimaknai sebagai “saya berpikir maka
saya ada”, seorang agen yang tidak mampu berpikir maka agen tersebut dianggap
mati.
Buku yang berisikan essay dan
pemikirannya bapak Jenderal Hendropriyono seorang legend dan tokoh intelligence
bangsa beliau menuliskan essay dan pemikirannya dengan bahasa yang sangat mudah
dicerna oleh para pembaca awam seperti saya. Jujur ketika membaca buku-buku filsuf
selalu didapati beberapa diksi dan padanan kata yang sangat berat dan harus
kita verifikasi atau dicari makna kataya terlebih dahulu untuk bisa melanjutkan
ke chapter berikutnya.
Buku ini begitu mengalir mulai
dari abstraksi awal kemudian masuk ke bab pendahuluan sangat membuat kita
penasaran untuk masuk ke chapter berikutnya, biasanya buku-buku berat sudah dapat
dipastikan saya akan stop di pendahuluan dan mencoba untuk menarik konklusi dan akan
slalu terbenak dipikiran saya ‘ntar aja lanjutnya, tunggu waktu senggang’.
Membaca buku Philosophy of Intelligence
bagi saya, sama seperti halnya ketika
saya menonton film The Bourne Identity yang disutradarai Douglas Eric
Liman dan dibintangi aktor top dunia Mad
Damon berperan sebagai Jason Bourne seorang agen CIA yang mendera amnesia
ketika bertugas, namun karena sudah terbiasa dan terlatih, alam bawah sadarnya
slalu mengajak dia bertidak berdasarkan ketepatan dan kecepatan, bagaimana dia
melakukan due diligent, mengumpulkan data A1, menganalisanya dengan
cepat untuk bertindak dalam pengambilan keputusan.
Dalam dua jam dengan begitu
nikmatnya membaca buku Philosophy of Intelligence saya sudah masuk ke bab III “Essence”
atau esensi, membahas esensi berpikir seorang agen.
Saya yakin beliau bapak
Hendropriyono menulis buku Philosophy of Intelligence tidak diperuntukan
terbatas hanya untuk para intelligence atau agen-agen nasional yang sedang
bertugas menjaga NKRI, akan tetapi dengan penulisan yang begitu mengalir saya
merasakan buku ini juga diperuntukan atau dapat dikonsumsi tanpa batas bagi orang-orang
biasa seperti saya yang bekerja di segala sektor untuk dapat menyerap ilmu
philosophy intelligence yang bisa diaplikasikan sebagai bentuk akurasi, kecepatan, dan ketepatan dalam dunia
kerja.
Terimakasih atas harta yang
sangat berharga ini, ilmu yang sangat berharga ini kelak akan dapat menjadi pedoman
dan motivasi bagi setiap generasi, khususnya generasi muda untuk bertidak lebih
mengedepankan keakuratan berpikir, kritis , dan Velox et Exactus.(NDY-9/12/22)
Sehat, Berkah, dan Bahagia slalu
buat bapak A.M Hendropriyono sekeluarga..Aamiin
0 comments