Latest Posts

BANGUN SIRKUIT MEMBACA DALAM OTAK

By January 21, 2018

Membaca adalah hal paling penting pengaruhnya dalam membangun kualitas hidup , karena dengan membaca kita akan mampu menambah kemampuan otak kita untuk memecahkan masalah dengan menjadikan input bacaan sebagai output dengan memiliki dasar referensi yang kuat.

Dalam mengikuti seminar sehari mengenai membangun tradisi membaca dalam lingkungan sekolah yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Provinsi Kalimantan Barat dan Swadesi Manajemen, dengan menghadirkan pembicara salah seorang Penggiat Neuroscience (Ilmu otak) dan Literasi, Dr. Fikri Suadu, M.Psi.

Seminar yang mendapat antusias luar biasa bagi para peserta yang mayoritas adalah para guru – guru sekolah di wilayah Kalimantan Barat. Para peserta menganggap ini adalah hal yang baru pertama dilaksanakan dalam membangun tradisi membaca dengan pendekatan neuro atau Ilmu otak. Dan ini adalah wawasan baru khususnya di KALBAR dan bisa dijadikan sebagai role model kepada para pendidik untuk membangun tradisi membaca kepada anak didiknya.

Dalam seminar tersebut Fikiri Suadu membahas pentingnya membangun struktur dalam otak dari sejak anak masih didalam kandungan. Menurutnya dalam riset yang pernah dilakukan oleh para ilmuan Amerika, bahwa berinteraksi atau bersilaturahim hal yang paling penting bagi manusia, karena perkembangan struktur otaknya akan lebih bagus dan akan menjadikan orang tersebut mudah mempelajari dan memahami sesuatu. Dan itu bisa dibangun sejak dini, misalkan pada usia kandungan atau paska melahirkan harus direspon misalkan dengan komunikasi, musik, atau lantunan instrument lembut, kemudian sejak umur bayi lahir diupayakan anak – anak harus dibiasakan dengan membentuk komunitas bermain sesama bayi atau diputarkan video – video bayi , dibentuk hingga sampai dengan usia Balita. Tujuannya penting, karena anak-anak dalam tahapan awalnya, otak akan merekam dan menyimpan memori, dan jika hal tersebut sudah dibiasakan, alam sadar dalam pertumbuhannya otak tidak akan bisa menerima dan mendefend hal –hal diluar nalar ( negative), sehingga unsur positivenya, mereka tidak akan canggung dalam berinteraksi sosial dan mampu menciptakan hal –hal yang positif di masyarakat.

Dalam sistem otak ada dikenal dengan limbic (emotional) dan cortex (rasional), kedua system ini memainkan peranan dalam mengatur emosi baik sadar maupun tidak sadar. Limbic menurut Fikri adalah system emosi paling tua yang memiliki dorongan mamalia atas cara pandang binatang mengungkapkan emosinya yang sangat negative dan reaktif tanpa sadar, Limbic selalu terhubung dengan cortex yang bertanggung jawab atas dimensi kesadaran Manusia. Sistem cortex inilah yang mampu membangun sebuah kesadaran rasional berpikir manusia apakah apa yang dilakukannya baik maupun tidak baik .

Dalam membangun tradisi membaca, otak manusia dapat dibentuk dengan menyesuaikan setiap keadaan dan kebiasaan, pendekatan tersebut dikenal dengan neuroplastisitas atau plastisitas otak.

Dalam neuroplastisitas otak dapat dibentuk dengan membangun sirkuit khusus otak. Membangun sirkuit dapat dianalogikan dengan melakukan membangun kebiasaan – kebiasaan baik seperti dalam membangun tradisi membaca seperti perbanyaklah membeli buku, datang keperpustakaan, bergaul dengan orang yang sering membaca. Jika sirkuit itu telah terbentuk secara sistematik plastisitas otak akan merespon dan mendorong kita untuk sadar akan pentingnya membaca.

Menurut Dr. Fikri, Platisitas otak ini dapat merubah kita untuk jadi apa aja, misalkan kita ingin jadi Lionel Messi maka rubah cara berpikir, system, lingkungan, dan ubah kurikulum pendidikan dan pelatihan seperti apa yang didapat Lionel Messi, insaAllah pasti bisa. Plastisitas otak ini memungkinkan kita untuk merubah kita untuk menjadi lebih baik atau bahkan menjadikan kita orang yang lebih jahat, tergantung sirkuit pada otak yang akan kita bangun.

Untuk itu dalam membangun budaya baca kepada anak didik, tahapan awal bentuklah lingkungan mereka dengan hal – hal yang selalu berkorelasi dengan buku dan bacaan. Dan dalam prosesnya dapat juga dilakukan dengan cara selalu memberikan reward (hadiah) kepada anak didik bukan punishment (hukuman), bertujuan untuk memotivasi mereka dalam mengembangkan niat baca, karena dengan reward emosi kebahagiaan pada otak akan cepat merespon sehingga kesadaran pentingnya membaca akan terbentuk dengan baik pada anak – anak didik dan para remaja bahkan kepada orangtua sekalipun. (NDY, 24/10/2017)

You Might Also Like

0 comments