Latest Posts

BISNIS KABU – KABU

By January 21, 2018


Kabu – kabu adalah kosa kata berasal dari bahasa melayu Pontianak yang diartikan dibohong, tertipu. Kabu-kabu dapat dimaknai pada suatu kejadian tapi pada prosesnya mengalami simpang siur serta tidak jelas hasilnya. Sebagai contoh saya ilustrasikan pada percakapan fiksi antara Amet dan Along (bukan nama sebenarnya, hanya panggilan nama khas melayu Pontianak).
.....................
“ Amet adalah seorang pengusaha asal pontianak yang berdomisili di Jakarta dan konon katanya memiliki banyak relasi besar dijakarta, Along adalah seorang pebisnis yang bergerak dibidang jasa kontruksi dan sering ikut tender dalam melaksanakan proyek-proyek daerah. Mereka berdua terlibat dalam sebuah percakapan di starbuck, berikut percakapan Along dan Amet dengan menggunakan dialek melayu lokal Pontianak :
Amet : Long ini ade projek besar pembangunan infrastruktur di daerah hulu, nilainye hamper 100 milliar long ..ikutlah long ..nanti aku bantu lobbykan ke pusat..jangan khawaterlah aku banyak kenal orang pejabat –pejabat Kementerian dipusat.. nanti aku bantulah.
Along : eh besak gak long…tapi boleh juga tuh, ape komitmennye nih.
Amet : Komitmen biaselah long 15% jak dulu uang mukanye , tapi ginik long, inikan dua hari lagi dah mau lelang kau siapkan jak segala sesuatunya. Kau masukkan penawaran semue ke LPSE ..klo udah nanti aku siapkan transportasi dan akomodasi kau ke Jakarta.
Setelah siap dan melakukan penawaran along bergegas ke Jakarta untuk menemui Amet, kemudian Along dipertemukan dengan orang yang bertampang pejabat, begitu meyakinkan sekali dan Along pun tanpa rasa khawatir menyetorkan uang ratusan juta rupiah ke Amet untuk uang muka project tersebut. Namun setelah hasil lelang diumumkan, tak ada satu kalimatpun menyebutkan nama perusahaan Along keluar sebagai pemenang lelang. Along sangat shock..
berikut lanjutan percakapan antara Along dan Amet :
Along : Met gimane nih..nape name perusahaan aku tak keluar..mamposlah klo kayak ginek..
Amet : Alah long aku gak bingunk … kate orang pusat ade pergeseran politik tibe-tibe bos dipusat diganti jadi otomatis die ndak bise perjuangkan perusahaan kite..
Along : Teros duet aku untuk uang muke tuh balekkan lah..
Amet : tak bise long..itu dah masok, tapi janji kawan aku dikementerian nanti maok di ganti dengan proyek yang laen..
Along : bile met …kabu – kabu gak kau nih met (along sangat kecewa sekali , dan sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit ha..ha..ha ancore). "
......................
Fenomena kabu –kabu sering terjadi di masyarakat khususnya pada dunia bisnis, banyak para pebisnis rugi dan dirugikan bahkan rugi besar karena tergiur dengan projek atau bisnis besar yang ditawarkan seseorang namun ternyata kabu-kabu.
Pentingnya perencanaan dalam bisnis adalah langkah awal dalam memulai dan membangun bisnis sehingga bisnis kita bisa sustainable dalam jangka panjang, baik itu dari membangun proses maupun membangun kepercayaan.
Business is trust, bisnis itu adalah kepercayaan, benar dalam berbisnis kita harus pecaya dengan rekan bisnis atau partner bisnis kita. Tapi untuk membangun kepercayaan bisnis tidaklah mudah seperti kita membangun kepercayaan dengan keluarga, pacar, dan teman. Dalam membangun kepercayaan bisnis kita harus bisa menyusun rencana yang realistik dan strategi yang baik.
Rencana yang realistik adalah rencana yang benar-benar kita buat dan kita perhitungkan dalam jangka pendek, menengah maupun rencana jangka panjang. Dan rencana realistik dapat diuraikan dalam bagaimana kita mengumpulkan data – data serta informasi bisnis yang akan kita jalankan, baik itu produk/jasa yang akan kita jual, market, bahkan partner bisnis yang kita jadikan tumpuan untuk pertumbuhan usaha kita kedepan, kemudian kita susun dalam sebuah rencana yang nantinya akan dijadikan acuan dalam kita menjalankan bisnis untuk pencapaian yang maksimal.
Kejadian kasus cerita diatas jelas Along tidak memiliki rancana yang realistik dalam bisnis yang ditekuninya. Bayangkan saja bisnis yang bernilai milliaran rupiah hanya ditanggapi sebagai hal yang biasa dan dia mudah percaya dengan apa yang ditawarkan rekan bisnisnya Amet. Karena Apa ? pola – pola seperti ini adalah polemik yang telah mengakar, tepatnya korupsi, suap itu telah membudaya diIndonesia dimana pengusaha mudah untuk mendapatkan proyek hanya dengan menyetorkan uang dimuka kepada dinas atau kementerian sebagai pemberi proyek kemereka, bisnis milliaran rupiah itu mereka dapat dengan mudah tanpa harus mengukur managemen perencanan yang realistik.
Budaya ini juga yang dapat dimanfaatkan oleh oknum terkait untuk melakukan niat Kabu-kabu tersebut. Karena mereka yakin sekali sipengusaha akan terbuai dan mudah menyetorkan uangnya tanpa melihat itu nyata atau tidak.
“Menurut survei triwulan pada pemimpin bisnis di 37 negara dari Grant Thornton International Business Report (IBR), optimisme di negara ini menduduki posisi puncak secara global, angkanya mencapai 98%. Selain berada di posisi teratas, IBR juga mencatat bahwa optimisme bisnis ini terus meningkat di semua ekonomi. Naik hingga 38% di kuartal III tahun 2016.(marketeers.com) “
Suhu dan optimisme bisnis diIndonesia pada tahun terakhir ini mulai meningkat dari segala sektor, baik itu dari sektor Riil, maupun Non Riil, kedua sektor itu sudah saling bahu membahu dalam meningkatkan produktifitas perekonomian di Indonesia.
Dan ini bisa dijadikan sebagai motivator untuk pertumbuhan generasi muda Indonesia agar lebih kreatif dalam menciptakan peluang bisnis, dengan melaksanakan tata kelola perencanaan managemen sebagai dasar bentuk totalitas dalam membangun bisnis jangka panjang.
Tidak ada orang jatuh miskin berprofesi sebagai pebisnis, jika melakukannya dengan membangun perencanaan realistik yang benar dan tidak pernah berpikir kabu –kabu dalam hidupnya, yang ada hanyalah rencana sebagian orang untuk menjadi miskin, “ketika saya pensiun penghasilan saya akan berkurang, dengan kata lain mereka merencanakan kerja keras seumur hidup hanya untuk menjadi miskin (Rich Dad, Poor Dad, Robert T Kiyosaki)”
Bisnis kabu – kabu yang menjadi polemik saat ini harus segera dipangkas, proyek – proyek pemerintah sudah saatnya dikelola secara profesional dan proporsional, pelaku bisnis disektor tersebut harus lebih kreatif untuk memulainya dengan membuat perencanaan realistik tanpa harus melakukan korupsi, suap dan ini adalah salah satu bentuk usaha dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang bersih dari ladang korupsi.(NDY/14092017)

You Might Also Like

0 comments