CATATAN RAMADHAN DI SOFIA
CATATAN RAMADHAN DI
SOFIA
“
Apa karena saya berada berada di negara yg minority, sehingga feel itu hilang ?
Biasanya
ketika berada di tanah air, menyambut puasa sungguh memiliki esensi tersendiri,
alam dan makhluk didalamnya seperti menyatu dalam kondisi sama, kondisi dimana kita harus mewujudkan sebuah esensi pencucian diri
dalam mengendalikan hawa nafsu hingga dipenghujung kita harus mampu menjadi
pemenang, demi meraih fitrah untuk kembali suci seperti bayi tanpa membawa
dosa.
Pada
bulan suci Ramadhan hari – hari terasa biasa di kota ini, ditambah apartemen satu kamar yg saya huni, dari bangun sahur sampai berbuka puasa hening
tanpa ada keramaian sedikitpun, tidak ada teriakan membangunkan orang sahur,
tidak ada iklan sirup marjan yang mewarnai iklan TV di Indonesia, dan berasa melelahkan
adalah total puasa bisa sampai 15 jam.
Setiap
sore setelah beraktifitas, saya selalu menghabiskan waktu di center atau pusat
kota Sofia, “but no coffee today“ he..he.he,
biasanya ketika berada di center kurang pas rasanya jika gak duduk ngopi sambil
mengamati makhluk - makhluk indah ciptaanNya.
Menariknya
di musim semi saat ini, ntah merupakan tradisi
tahunan, terdapat beberapa areal yang mengadakan bazaar dadakan, mereka menjual
makanan lokal, madu, buah – buah segar, langsung mereka panen dari kebunnya,
bahkan kue – kue manis ala mereka dipajang dengan rapi, ups.. lumayan juga buat manjakan mata yang
lagi lesu selama berpuasa. Bazar itu cukup mengobati suasana hati, kuanggap
mirip seperti bazaar Ramadhan yang selalu meramai setiap ruas jalan kota di
tanah air.
Salah
satu Bazar yang saya lalui sore itu berada disamping kantor Kementrian Pertanian
Bulgaria, pas banget samping kantor
Kementerian tersebut adalah lokasi yang sering di lalui para pejalan kaki,
sehingga memudahkan orang dari segala sisi untuk singgah dan berbelanja.
“Orang
– orang ini puasa gak ya ..he..he, kenapa kelihatannya sama dengan ketika orang
puasa lagi belanja untuk persiapan buka”. Halusinasi positif saya berasa sama
ketika berbelanja di pasar juadah Ramadhan.
Saya
mencoba berimajinasi untuk kembali mengenang sejarah peradaban, dimana ketika rezim
Usmaniah menguasai sebagian Eropa termasuk di kota Sofia. Lima abad bukan waktu
yang singkat, tidak menampik kemungkinan jejak atau bekas sejarah itu ada, cara
sederhana saya untuk melacak dan mengambarkannya amatlah sederhana cukup dengan melihat
“bangunan, rasa/taste, dan paras”.
Asumsi
lepas saya mengatakan bahwa tradisi bazzar ini bisa jadi adalah segelintir
bagian dari budayanya Usmaniah pada saat itu, ratusan tahun lalu saya
membayangkan ketika Ramadhan tiba, negeri ini tentunya juga diramaikan dengan bazaar
untuk persiapan orang yang berpuasa, namun sayangnya kondisi tersebut saat ini
menjadi minoritas, berdasarkan data statisk lokal masayarakat muslim hanya 7
s/d 10 % dari total populasi di Sofia.
Terdapat
Beberapa sudut bangunan masih memiliki karakter bangunan Turki, salah satu-
satunya adalah Masjid Turki yang
dibangun pada abad ke - 17 masih berdiri kokoh, mesjid Banya Basih namanya. Mesjid tersebut masih aktif digunakan
masyarakat muslim sofia. Mesjid yang berlokasi di Boulevard Maria Luizia, dimana
Mesjid tersebut selama bulan Ramadhan selalu aktif mengadakan kegiatan, seperti
membagikan buka puasa, taraweh dan beberapa kegiatan sosial lainnya.
Setiap
sudut kota kita masih bisa mendapatkan makanan khas Turki, bahkan beberapa café
ada yang menjual sisha, sehingga untuk masayarakat muslim tidak perlu khawatir
untuk mencari makanan bernuansa muslim.
Bagian paling menarik adalah melihat atau melacaknya dari sisi “paras”, hampir dari beberapa
wanita dan pria di Sofia perawakannya sama atau mirip dengan paras
orang Turki, wanita – wanita banyak yang cantik, hidungnya mancung,
mediterenia, apalagi dari paras Turki tersebut berblasteran lagi dengan Rusia, Slavic,
Roma, bayangkan aja, parasnya turki, matanya biru/hijau seperti orang Rusia, rambutnya kriwil Roma dan
kulitnya Slavic yang telihat bersih karena banyak mengkonsumsi
yougurt, susu, dan buah, sungguh sempurna bukan ( kusus bagian ini sangat bisa tergambar secara detail he..he..he).
Bulevard
Maria Luzia yang saya sebutkan diatas, merupakan salah satu lokasi tertua di
Sofia, banyak terlihat bangunan – bangunan tua disekitar ruas jalan tersebut, dan
masih banyak lokasi tua lainnya.
Sepanjang
jalan Maria luizia terlihat sedikit berbeda, kita akan sering melihat paras –
paras berperawakan timur tengah. Di lokasi atau beberpa ruas jalan kita akan
banyak menjumpai para imigran luar yang
bermukim disekitaran lokasi tersebut. Disni suasana Ramadhan agak sedikit berasa, walaupun tidak
semeriah di tanah air namun sangat memberikan wadah tersendiri dalam merasakan
bahwa Ramadhan itu Ada.
Nah
yang paling keren, diwilayah ini kita akan banyak menjupai makanan – makanan khas
timur tengah, asia seperti Irak, Syiria, Lebanon dan tentunya Turki. Dan kita
juga gampang untuk membeli daging sapi, kambing, dan dumba yang
telah potong secara syariah, tidak hanya daging juga terdapat pasar tradisional
menjual seluruh seluruh perlengkapan dapur, dari sandang, pangan bahkan barang antik
yang terlihat sangat menawan.
Hampir
setiap sore saya menghabiskan waktu berjalan disekitaran lokasi tersebut sambil berbelanja makanan berbuka puasa. Pada lokasi tersebut ada restoran Iraq,
masakan nya sangat maknyus, kebab, mahdi,
kambing bakar adalah menu andalan bahkan kami bisa memesan ikan bakar yang sangat
yummy. Begitu juga masakan Turki yang tak jauh dari lokasi tersebut, Sawarmanya
sangat gurih dan lidah orang berpuasa itu tidak pernah bohong untuk
mengklasifikasi antara makanan enak dan tidak enak…yang jelas semuanya enak –
enak.
Sekelumit
cerita pendek yang saya alami, dapat diartikan bahwa dimanapun, pada saat apapun,
bersyukur adalah kondisi dominan yang
harus terus kita sadari sebagai makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini..marhaban
ya Ramadhan ..Mhn Maaf lahir dan Bathin ( Ndy, 24/05/2019)
0 comments