Latest Posts

LEBARANKU

By June 07, 2019



CATATAN LEBARANKU

 “ 1 Syawal 1440 H”

Satu bulan kurang sehari, Alhamdulillah kewajiban puasa di bulan ramadhan 1440 H berhasil saya selesaikan, walaupun ibadah ini terasa kurang sempurna kulaksanakan. Ketika berada di tanah air lebaran selalu memiliki khasanah budaya tersendiri.  Ramdhan dan Idul fitri adalah proses pensucian diri, ajang mempertajam silaturahim, dan hampir diseluruh kota di Indonesia merasakan nuansa tersebut serta mampu menggugah kesadaran kita untuk slalu mengasah, mempertajam kesempurnaan ibadah kita hanya semata kepada Allah SWT.

Tanggal 1 Syawal 1440, di Sofia jatuh pada tanggal 4 Juni 2019, selisih sehari dengan negara – negara asia seperti Indonesia. Pada malam lebaran biasa terdengar olehku gema takbir, Tahmid, namun malam Syawal kali ini hanya gema suaraku sorang yang terdengar demi menjaga agar nuansa kemenangan ini tidak sirna dalam jiwa.

Dan ini adalah kali pertamanya, di malam yang penuh berkah kemenangan, kududuk sendiri  di dalam apertemenku, begitu hening, malam ini adalah malam kebahagian bagi umat muslim, biasanya terdengar ditelingaku dentuman meriam sungai di Pontianak, pawai keliling di Manado dan rombongan masyarakat yang melakukan takbir keliling dari rumah kerumah, hingga aroma dapur – dapur emak kita yang membangkitkan  gairah kemenangan serta kebahagian.

Batinku bertanya kepada Allah SWT ? “ ya.. Allah berikan petunjuk bagiku, kenapa malam lebaran kali ini Engkau jauhkan diriku dari kedua orang tuaku, Engkau jauhkan diriku dari Isteri dan anak – anakku, dan engkau bikin diriku seperti tidak berkutik pada malam kemenangan ini”.  Dan pada malam itu saya hanya duduk diam, mencoba terus berpikir, merenung mencari petunjuk ada apa dengan kesendirianku”.

Keheningan  yang terus mengantarku untuk terus intropeksi diri, hingga tanpa terasa, sedih itu berujung mencari tahu apa makna dan esensi dalam budaya lebaran yang dilaksanaan jutaan penduduk muslim dunia saat ini.

Setelah lama merenung, aku mencoba mengisi keheningan malam dengan melihat berita – berita di tanah air. Kemeriahan dan kemenangan penduduk muslim di tanah air, sungguh membuat saya takjub, berita tanah air kali ini cukup membuat saya bangga sebagai bangsa Indonesia, dimana paska pemilu sampai dengan puasa Ramadhan, media yang saya lihat dari jarak ribuan km, hanya berisi konflik politik antara paslon yang berasa menang dan berasa kalah. Puncak politik praktis pada saat itu berujung kisruh antara pihak penuntut keadilan dengan aparat keamanan yang begitu memakan korban.

Namun kejadian perseteruan antara kepentingan, dirasakan seperti mengalami disintegerasi, dan apa yang  saya rasakaan, terlihat rakyat Indonesia seperti akan terpecah belah..bahkan samar terdengar bunyi referendum dari beberapa kota.

Mengamati Indonesia dari luar begitu terlihat jelas, terjadi polemik kebangsaan di Indonesia saat ini.  Seperti ada kekuatan besar yang berupaya untuk merontokkan nilai persatuan dan kesatuan yang terbungkus dalam Pancasila sebagai pilar kebangsaan bagi bangsa Indonesia. Kekuatan besar tersebut berusaha meruntuhkan nilai ke Bhinekaan yang mejadi dasar kekuatan bangsa ini.

Namun pada saat  malam lebaran, kekuatan Unity in  Divefrsity yang dimiliki bangsa ini kembali menguat, seluruh  media seperti berkomitmen  untuk memberitakan hal yang sama, muncul kekuatan saling memaafkan dan saling meminta maaf, seketika tak terdengar lagi teriakan para pencari Hak Asasi Manusia, tak terdengar lagi komplain para elit politik, tak terdengar lagi pencerahan pakar – pakar hukum, yang ada pada malam itu hanya teriakan – teriakan takbir, tahmid yang dilantunkan secara indah, “Allahu Akbar… Allahuakbar  walilla ilham …” .

Sungguh luar biasa malam 1 syawal 1440 H, Allah menunjukkan kebesaranNya, keagunganNya, bahwa malam itu adalah pemberian keistimewaan dariNya dan manusia seperti kaset yang bisa di putar kembali ke awal untuk menuju fitrah,  manusia seperti di charge kembali kesadarannya, terlihat olehku bahwa kebesaran umat beragama adalah toleransi, serta bentuk saling hormat – menghormati dan bagaimana membentuk cara untuk menghargai  antar sesama manusia, bahkan kepada seluruh makhluk ciptaanNya.

Keren… disinilah hakekat kebesaran sang maha pencipta Alam dan seisinya.  Tak henti – hentinya hati ini memuji dan terus bersyukur atas keagungaNYA, dan aku merasakan pada hari kemenangan ini adalah milik Allah yang diberikan sepesial kepada manusia sebagai bentuk self control.

Al Qur’an pada surah Al – Isra ayat 70, “Wa Laqad Karamna Bani Adam “ dan sesunggunya Kami muliakan anak – anak Adam. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling mulia.

Entah kenapa terlintas dibenakku salah seorang tokoh fenomenal yang dimiliki oleh bangsa ini, Kh. Abdurahman wahid atau biasa akrab dipanggil Gus Dur. Beliau adalah sosok yang saya kenal sebagai sosok humanist dan humorist, joke – joke lucunya selalu memiliki makna sangat mendasar dalam tataran kehidupan bermasyarakat.

Sampai setelah dirinya di Impeachment / diturunkan, beliau masih memikirkan nilai – nilai kemanusian, walaupun kekuatan yang dimilikinya masih mampu mempertahankan dirinya untuk menjadi Presiden. Menurut Gus Dur untuk apa kekuasaan dipertahankan tapi rakyat akan menjadi korban, lebih baik saya kembali menjadi rakyat biasa, tapi hak – hak kamanusian yang dimiliki manusia masih tetap diperjuangkan. Paska wafatnya Gusdur, hampir semua tokoh – tokoh di Indonesia mengatakan hal yang sama, bahwa  seorang Gus dur selalu mengedepankan nilai kemanusiaan.

Sedikit banyak pada malam itu hampir seluruh ceramah – ceramah Gusdur ku putar kembali dan menemani serta menghibur  kesendirianku, Gus Dur mampu membuatku tertawa, membuatku berpikir secara mendalam,  bahwa budaya lebaran memiliki esensi dalam membangun kembali nilai kemanusian, dan ini berlaku untuk semua umat  manusia tanpa membatasi mereka dalam kelompok tertentu. Lebaran atau idul Fitri adalah refleksi diri.

 Dan pada akhirnya cerita – cerita Gus Durlah menemaniku pada malam itu,  serta mengantarkan tidur manisku di malam lebaran yang begitu indah. (NDY, 03062019)

You Might Also Like

0 comments