CERITA BEOGRAD I : NYARI KOPI INDONESIA
Sekitar
50 meter dari penginapanku, terlihat kios berukuran 2 x 4 meter menjual kopi
pagi dan roti segar, sangat padat pembelinya. Para konsumennya adalah kebanyakan
orang yang akan berangkat ke tempat kerja dan ada juga beberapa turis terlihat
sedang mencoba menyicipi roti – roti segar buatan toko tersebut ..ups dan
aroma khas roti sangat mengundang selera untuk segera menkmatinya, saya lupa
nama tokonya yang jelas dia berada dipusat kota, rasa kopinya lumayan ada
beberapa pilihan rasa dan roti croisant menjadi pilihanku, rasanya sangat gurih dan sizenya jumbo banget alias big he..he..he.
Bicara
kopi, Serbia termasuk Negara keenam dunia , yang penduduknya mengkonsumsi kopi
lebih dari 5 kg/percapita atau sekitar 1,4 cup/day, hampir di setiap sudut kota
ini dengan gampang kita mendapatkan tempat – tempat kopi yang menarik.
Berdasarkan
data yang kucoba tanya –tanya dengan mbah google, total impor kopi Serbia pada
tahun 2018 mencapai USD 73 juta. Kopi dari Itali dan brazil termasuk market
leader di Serbia masing – masing USD 38 juta dan USD 13 Juta.
Namun
sayangnya Indonesia yang termasuk pengekspor terbesar kopi dunia market sharenya
tidak sampai dari 1 %, di Serbia. Produk kopi yang masuk kenegara ini yang didomisili
oleh kopi brazil, Vietnam, Italia, beberapa
Negara AfriKa bahkan china.
Miris
mendengar ketika saya tanya baristanya bahwa Indonesia kopi belum pernah ada
distributor yang menawarkan ke mereka, so
far saya juga belum menelitinya lebih dalam hanya secara kasat mata ditemui
sepanjang jalan selama mengitari kota Serbia. Iseng – iseng buka data – data
perdagangan yang dilansir Uncoumtrade, total impor kopi dari Indonesia pada
akhir tahun 2018 hanya berkisar sebesar USD 3000 dan itupun mengalami bearish
atau terjun bebas anjlok lebih kurang 50
% dibandingkan pada tahun sebelum, waduh..kenapa ya ?.
Entah
kenapa kopi Indonesia hanya numpang lewat di Serbia ini, padahal jika kita bisa
melakukan penetrasi pasar, tentunya potensi menaikkan ekspor Indonesia akan
memberikan peluang yang sangat menarik. Sepenggal pengetahuan saya mengenai
ekspor kopi ini, para pelaku ekspor kopi Indonesia masih lebih cenderung masuk
kepasar – pasar regular seperti negara – negara utama pengimpor kopi dunia,
yang didominasi oleh negara – negara besar Eropa dan Amerika, sedangkan negara
belahan eropa lainnya cenderung masuk melalui negara – negara terebut.
Kelemahannya tentu kopi akan terpartisi dan bersaing dengan harga kopi dari Negara
lainnya.
Tapi
dari pengalamanku beradaptasi dengan para pemain kopi di negara – negara Balkan
mereka memiliki beberpa karakter unik, para retailer cenderung mengambil kopi
dengan acuan harga stock komoditi yang sangat berfluktuatif, dari angka
terakhir biasanya terpaut antara 100 sampai 200 dollar per ton dari harga real.
Prediksi saya, kopi Indonesia anjlok dalam kurun waktu berapa tahun di negara
ini lebih dikarenakan faktor harga yang tidak mampu bersaing dengan harga kopi
Brazil , Vietnam dan beberapa Negara penghasil kopi lainnya.
Kopi
Indonesia terkesan exclusive di mata dunia, hanya segment pasar tertentu mampu
membeli kopi Indonesia. Kopi Arabika
Indonesia dari sabang sampai marauke, sangat tidak asing didunia. Namun kita harus bisa
mebuat klasifikasi khusus terhadap pasar
di negara – negara seperti Serbia dan sekitarnya, sangat unik dan memiliki
segmen tersendiri, mereka lebih cenderung dengan grade kopi yang sangat rendah,
dan itu sangat bisa dimaklumi karena melihat para pengkonsumsi kopi yang sangat
tinggi dan merata dari kalangan atas, menengah sampai tingkat bawah. Para
pemain kopi dinegara tersebut lebih condong meramu/roaster kopi mereka dengan
cara membagi terhadap beberapa segmen
pasar.
CERITA BEOGRAD
Beograd
adalah ibu kota negara Republik Serbia, Negara
sarat dengan sejarah dan peradaban mulai dari era keemasan Yunani, Roma,
Usmaniah, Rusia, bahkan tergabung sebagai Uni Yugoslavia, Serbia montengro dan kembali menjadi
Serbia yang utuh.
Negara
ini memiliki posisi amat strategis berbatasan dengan beberapa negara,
besar di wilayah balkan, seperti Bulgaria, Turkey, Romania, Kosovo, dan Macedonia.
Saya
sendiri baru mengenal negara ini sejak terjadi perang saudara antara Bosnia dan
Serbia pada tahun 1994, perang tersebut hanya terjadi ditataran politik mereka saja,
saya tidak akan membahasnya pada kesempatan ini, yang jelas paska perang, kedua Negara kabarnya mengalami pertumbuhan secara
drastis baik dari sisi ekonomi, politik dan
sosial budaya.
Beograd
termasuk salah satu kota di belahan timur yang mengalami pertumbuhan ekonomi
yang sangat pesat, rata – rata pertumbuhan berkisar 1.6 % dengan
PDB pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 3,4 %. Dan pada tahun 2012 negara
ini masuk menjadi kandidat Uni Eropa.
Kota
yang sangat cantik, entah kenapa saya merasakan
orang - orang di Eropa fokus dalam menjaga literasi sejarah, yang mampu dijadikan sebagai destinasi wisata
menarik.
Saya
dan beberapa teman hanya melakukan kunjungan semalam dan keesokan sudah harus kembali
ke Sofia, waktu yang singkat tersebut tetap harus kuupayakan untuk mencicip segelas
kopi yang telah menjadi bagian ritualku setiap berkunjung di kota lain.
Banyak
terdapat bangunan tua di wilayah pusat kota. Titik nol penjelejahanku, di mulai
berjalan dari traffic light didepan
Hotel Moskva, hotel yang sangat strategis dan mengambarkan nuansa bangunan
bergaya Rusia, dan hotel menghadap lampu merah dan penyeberangan jalan menuju
kawasan pedestrian.
Pada
saat itu explorasi kulakukan pada pagi hari setelah subuh, menyusuri kawasan pedestrian, yg tertata rapi dan memiliki nuansa klasik pada
awal abad 9 dan 19.
Di
ujung jalan kulalui terhampar indah sungai Danube dengan terhubung dengan beberapa anak sungai,
pemandangan yang sangat indah pada pagi itu,
dan disebelah Barat tampak benteng tua yang mereka sebut Belgrade
fortres.
Di
atas benteng tersebut terdapat patung tinggi,
perkiraanku tingginya lebih dari 30
meter, seorang raja dengan tangan kanannya
memegang seekor burung merpati dan disebelah kiri tangannya memegang sebelah pedang, patung itu dinamakan Victor, seorang raja yang dijadikan simbol Victory
atau kemerdekaan dalam meruntuhkan kejayaan Usmaniah pada saat itu. Nah yang
menarik dari patung itu sama tingginya dengan patung wanita yang bernama Sofia,
pikiran nakalku mulai menganggap jangan – jangan mereka ini dulunya pacaran
kali ya sehingga symbol yang mereka tampakkan seperti memberi pesan kepada
kedua patung tersebut.
Setelah
lebih kurang 20 menit saya merasakan dan bersentuhan dengan bagian peradaban sejarah dunia
tersebut kemudian melanjutkan kembali berjalan kaki menyirlsiri kota, waktu telah
menunjukkan lebih kurang jam 8 pagi,
tampak kesibukan masyarakat Serbia yg akan memulai aktifitas, banyak para pekerja keluar dari kereta bawah tanah
dan kendaraan lalu lintas terlihat sedikit macet.
Kemudian
di sekitar bangunan tua tepat di ruas jalan pusat kota Serbia, terlihat olehku
sebuah patung, patung tersebut menggambarkan sosok seorang yang gagah perkasa
dan sangat kuyakini bahwa dia adalah tokoh pejuang negara ini.
Dibawah
patung tersebut tertulis tahun 1880-1915, dan VojvodaVuk atau Vojin Popovic,
sebuah monument untuk mengenang seorang tokoh pejuang Serbia pada saat perang dunia
pertama, tahun 1880 adalah tahun kelahirannya pada era Usmaniah. I believe dia
adalah orang yang memiliki pengaruh yang sangat luar biasa sehingga pemerintah
Serbia menjadikannya sebuah patung di pusat kota, tentunya dimaksudkan agar
setiap orang selalu mengenang jasa perjuangan beliau dalam memperjuangkan
kemerdekaan dan kedikdayaan Serbia. (Ndy - 4/03/19)
1.
Finland: 9.6 kg per capita (consumption of 2.64 cups/day)
2.
Norway: 7.2 kg (1.98 cups/day)
3.
Netherlands: 6.7 kg (1.84 cups/day)
4.
Slovenia: 6.1 kg (1.68 cups/day)
5.
Austria: 5.5 kg (1.51 cups/day)
6.
Serbia: 5.4 kg (1.49 cups/day)
7.
Denmark: 5.3 kg (1.46 cups/day)
8.
Germany: 5.2 kg (1.43 cups/day)
9.
Belgium: 4.9 kg (1.35 cups/day)
10.
Brazil: 4.8kg (1.32 cups/day)
0 comments