Bisakah Macan Hidup di Kandang Singa
Bisakah Macan Hidup di Kandang
Singa
Bisakah macan hidup dikandang
singa?, begitulah analogi yang tergambarkan ketika melihat hasil susunan kabinet
Jokowi "Kabinet Indonesia Maju", politik identitas yang dimainkan dalam perhelaan Pilpres lalu bersimbiosis menjadi politik renyah yang dimainkan petahana dan
mampu melakukan rekonsiliasi hingga dari lawan bisa menjadi pembantunya ..luar
biasa ya.
Macan bisa akrab dengan singa, hal
tersebut hanya bisa terjadi di Kebun Binantang, dimana ada para pawang yang
mampu menjaga mereka lebih nyaman, lebih sehat dan tidak kelaparan, berbanding
terbalik jika kedua binantang itu hidup di hutan rimba, dimana ketika lapar teman
aja bisa jadi lawan. Dan itu mungkin yang menjadi kekhawtiran, ketika kondisi
kebun binantang tersebut berubah menjadi
hutan rimba, tentunya kemungkinan besar tersebut bisa aja terjadi.
Terpilihnya Prabowo dalam Kabinet Presiden Jokowi, sebagai Menteri Pertahanan, Kementerian yang memiliki anggaran
terbesar dari kementerian lainnya, menjadi tanda tanya besar bagi para pendukung
kedua belah pihak, ada apa seorang oposisi yang sangat keras dalam pertandingan
politik lalu hingga akhirnya bisa berbalik mau menjadi pembantu Presiden. Pikiran
positif mengatakan bahwa itu merupakan jiwa besar seorang Prabowo yang mau mengorbankan
ego oposisinya untuk mengabdikan dirinya kepada negara tercinta dalam
memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang ia miliki.
Pilpres di Indonesia kali ini bisa
dikatakan merupakan yang paling keras dan akan menjadi bentukan sejarah sendiri.
Puluhan trilunan rupiah anggaran dihabiskan untuk pemilihan, kemudian berujung korban ratusan dari petugas atau panitia Pemilu meninggal dunia, dan
tidak sedikit rumah tangga yang bubar, diputusin pacar akibat pemilihan kemaren
he..he..he. Namun diakhir cerita perdebatan panas dalam beberapa bulan lalu,
teriakan para politikus, para hujater, dan lain sebagainya berujung rekonsiliasi
mutlak, semua bisa kembali akrab, diparlemen bisa santun dalam memutus RUU yang
juga menjadi perdebatan berujung demonstrasi
yang juga memakan korban. Cape deh..!!!
Ada banyak yang mengatakan untuk
apa diadakan Pilpres, toh akhirnya berujung seperti ini, lebih baik negosiasi
atau sepakati aja diawal, dan anggaran puluhan triliunan rupiah untuk pemilihan
kemaren mungkin sekian persennya dapat digunakan alokasinya untuk bantu - bantu
rakyat misikin. Prof. Effendi Gajali dalam ILC lalu mengatakan peristiwa
yang terjadi di Indonesia merupakan hal unik, dan menurut beliau belum ada
ilmunya dimana - mana.
Dan menarik jika mendengar
anekdot atau Jokenya Adrian Napitupulu di acara Mata Najwa lalu, “Wi..kemaren
pilpres duit gw habis banyak nih, bantu
gw donk “, Ya udah Wo lo jadi pembantu gw mau gak, ntar gw kasih lo jadi
Menteri paling ok deh, jawab Jokowi”, “ Ok deh kalo gitu”…he..he..he tapi itu
hanya jokenya bang Adrian ya bukan beneran dan semoga aja tidak benar.
Tapi terlepas dari itu semua,
salut dengan Presiden Jokowi, yang hampir 50 % kabinetnya dari kalangan professional
dan mampu memangkas beberapa generasi dengan menempatkan orang – orang muda
dalam lingkungan Kabinetnya dan merupakan gebrakan yang sangat luar biasa. Polarisasi menunjukan
bentuk keseriusan Presiden dalam mewujudkan pembangunan SDM yang berorientasi
pada hasil. Melihat perlambatan ekonomi
global yang terjadi saat ini, tentunya harapan kedepan terhadap para orang – orang muda tersebut agar dapat
memberikan inovasi dalam menciptakan ruang baru dalam pembangunan sektror –
sktror strategis berimplikasi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dan orang – orang tersebut juga bukan orang
sembarangan, mereka telah membuktikannya
dengan prestasi - prestasi dan segudang pengalaman yang mereka miliki.
Harapan kedepan tentunya kami sabagai
masyarakat Indonesia, berharap Indonesia ini menjadi negara yang lebih maju
lagi, rakyatnya Makmur, pertumbuhan
ekonomi semakin merata, dan yang paling penting terus ciptakan kondisi aman biar
jadwal ngopi kita tetap asoi…Happy Weekend. (NDY, 26/10/19)
0 comments